Pendakian Gunung Manglayang via Barubereum

Puncak Bayangan Gunung Manglayang

Puncak Bayangan Gunung Manglayang

Informasi Umum Pendakian

Gunung Manglayang terletak di Kabupaten Sumedang – Jawa Barat yang memiliki ketinggian 1818 mdpl. Gunung ini memiliki cukup banyak jalur pendakian, antara lain; melalui Bumi Perkemahan atau Wanawisata Situs Batu Kuda (Kab. Bandung), Palintang (Ujung Berung, Kab. Bandung), Baru Beureum/Manyeuh Beureum, Jatinangor. Pada kesempatan kali ini pendakian melalui jalur Barubereum.

Warung di Barubereum

Warung di Barubereum

Saat tiba di Kawasan Barubereum terdapat warung makan, untuk jalur pendakian mengikuti jalur berbatu ke arah kiri, sedangkan ke arah kanan yang melewati barisan warung adalah jalur menuju tempat perkemahan. Jalur ini diawali dengan melewati aliran sungai kecil, kemudian dilanjutkan dengan kebun jeruk nipis penduduk. Dari awal pendakian sampai puncak, gunung ini terbilang vertikal tanpa bonus, sangat cocok dijuluki “kecil-kecil cabe rawit”. Kondisi fisik jalur pendakian dimulai dengan tanjakan tanah liat diselingi tanjakan berbatu, keseluruhannya sangat licin dan merupakan jalur air, sehingga sangat tidak direkomendasikan melakukan pendakian pada musim hujan.

Menyebrang Sungai Kecil

Menyebrang Sungai Kecil

Jalur pendakian gunung ini tidak dilengkapi dengan pos/shelter karena jarak dan waktu tempuh yang cukup singkat, 2 jam jalan normal. Untuk lokasi membangun tenda hanya bisa dilakukan di Puncak Bayangan dan Puncak Manglayang. Jalur yang jelas ini akan berpisah di persimpangan, tren vertikal ke kiri adalah arah menuju Puncak Bayangan dan trend landai ke kanan adalah menuju Puncak Manglayang. Untuk membangun tenda sangat direkomendasikan di Puncak Bayangan, meskipun tempatnya tidak luas hanya berkapasitas 4-5 tenda, namun pemandangannya sangat terbuka, serupa seperti berada di Puncak Cikuray.

Sunset Puncak Bayangan Berlatar Puncak Manglayang

Sunset Puncak Bayangan Berlatar Belakang Puncak Manglayang

Titik air gunung ini hanya ada di sungai kecil saat awal pendakian, selebihnya tidak ditemukan sumber air. Sepanjang jalur hutan tropis tidak begitu lebat menjadi santapan yang cukup melindungi pendaki dari panas matahari. Secara personal saya merekomendasikan pendakian pada malam hari, selain tidak panas kita juga dimudahkan dengan tidak melihat langsung terjalnya jalur pendakian.

Turun dari gunung ini juga tidak bisa dibilang mudah, jalur yang kecil dan licin sangat memperlambat mobilitas. Satu hal yang penting dari gunung ini adalah ketika malam hari yang cerah, karena tidak begitu tinggi lampu-lampu kota Bandung terlihat begitu jelas dari Puncak Bayangan. Sedangkan di Puncak Manglayang tidak dapat melihat apapun selain rimbunnya hutan dan 1 kuburan.

Sunrise Puncak Bayangan

Sunrise Puncak Bayangan

Siluet Pegunungan

Siluet Pegunungan

Itinerary Perjalanan dan Pendakian

  • Depok – Terminal Kampung Rambutan: Angkutan Kota 112 – 5.5 K
  • Terminal Kampung Rambutan – Pintu Tol Cileunyi: Bus Garut – 35 K
  • Cileunyi – Pangdam: Angkutan Kota Cileunyi – Sumedang – 3 K
  • Pangdam – Baru Bereum: Ojeg – 22 K
  • Baru Bereum – Puncak Bayangan: 2 Jam
  • Puncak Bayangan – Puncak Manglayang: 30 Menit

CERITA LEPAS … CERITA KITA

Pendakian kali ini sesuai rencana, merupakan liburan akhir pekan paling berkesan yang pernah saya lakukan. Tidak berlebihan, karena kali ini merupakan perjalanan yang tidak memikirkan “kemana” hanya saja begitu berbeda karena “dengan siapa”.

Gunung oh Gunung

Gunung oh Gunung

Jum’at, 5 Juli 2013

19.00 WIB packing akhir di kosan yang ternyata memakan waktu tidak singkat, akhirnya kami baru berangkat menuju terminal jam 20.30 WIB. Pendakian kali ini saya tidak merisaukan jalur pendakian, kendaraan menuju tempat tujuan, atau apapun yang biasanya menjadi hal-hal penting yang sangat saya persiapkan. Kali ini benar-benar berjalan begitu saja, ya jalan aja, yang penting bareng dia #eh.

Nothing Special But You! eaaa

Ekal —– *nada sapa khas! cukup kita yang tau irama dan maknanya kan?!* #eh

Setibanya di Terminal Kampung Rambutan kami langsung mendapatkan Bus AC menuju Garut. Kemacetan akhir pekan menjelang Bulan Ramadhan menyebabkan perjalanan yang seharusnya hanya 2 jam menjadi lebih dari 4 jam. Sampai Cileunyi kami kelaparan, mencari rumah makan yang ditemukan adalah Bubur Ayam pinggir jalan, disantap bersama Tahu Sumedang. Makan di pinggir jalan sambil menikmati suasana menuju pagi, hilir mudik kendaraan lintas kota menjadi pemandangan utama, bercanda seadanya menjadi pelengkap akhir pekan kali ini. Akhirnya kami memutuskan untuk bermalam di Masjid terdekat, menyempatkan shalat malam dan tidur seadanya.

Sabtu, 6 Juli 2013

Setelah shalat subuh kami meneruskan perjalanan menuju Pangdam, makan pagi khas Padjajaran dan bertemu teman bolang yang super “nomaden” (@dyahmanis). Setelah sempat berbincang singkat, jalan berbatu kami lewati dengan ojeg menuju Baru Bereum. Sempat 2x terjatuh dari kendaraan akhirnya saya memutuskan untuk jalan kaki sekitar 7 meter.

Ini jelas bukan pendakian pertama saya, dan bukan juga kali pertama untuk saya ‘menggendong’ keril seberat 60 Liter, namun ada saja yang tidak beres dengan kondisi fisik akhir-akhir ini, keril yang ‘enteng’ ini terasa begitu berat dan tidak bersahabat. Namun ada saja tingkah dia yang membuat banyak hal yang tidak menyenangkan menjadi sangat berkesan untuk dikenang. Mulai dari lelucon yang tidak lucu, atau sekedar memberi semangat basa basi yang sangat basi, haha.

Terkadang logika menjadi tidak berkualitas kalau dihadapkan pada satu kata abstrak multi makna, mungkin cinta – mungkin.

IMG_4584

Pancake Keju Susu Cokelat Strawberry

60 menit sebelum tengah hari, kami tiba di Puncak Bayangan, sekilas melihat pemandangan dan langsung bergerak bangun rumah di ketinggian. Tenda kapasitas 3 orang menjadi tempat singgah kali ini. Banyak hal penting dalam pendakian ini yang membuat saya ber “oh kok bisa ya”, seakan bisa membaca pikiran, belum juga keluar kata minta tolong sesuatu, dia sudah selesai mengerjakannya, tepat sasaran sesuai yang diharapkan.

Siang hari begitu terik karena vegetasi di puncak bayangan ini tidak rimbun, pepohonan rendah dan terletak tepat di bibir jurang kanan dan kiri. Menjelang sore khas pegunungan, dingin. Sinar jingga senja itu lengkap dengan desiran angin yang cukup membuat kulit bergetar kedinginan, akhirnya kami memutuskan untuk melanjutkan masak-masak pegunungan di dalam tenda. Menu makanan kali ini biasa saja, tumis buncis jagung muda dan tumis kangkung teriyaki, rasa? jangan ditanya … jelas jangan ditanya ya. Selain pedas, ternyata saos teriyaki tidak pas disandingkan dengan kangkung. Nasi? hampir mirip bubur tim seafood spesial udang, ya begitulah

Koki Special Interest - Hanya di Ribuan MDPL

Koki Special Interest – Hanya di Ribuan MDPL

Malam hari yang begitu dinantikan akhirnya menampakkan pesonanya, cerah! Bintang-bintang bertaburan di gelapnya langit malam, kunang-kunang yang lincah beterbangan, dan kilauan cahaya lampu Kota Bandung, ini baru yang namanya Totalitas Romantisme ala Penikmat Alam.

Tidak perlu lilin-lilin bertaburan yang siap redup setiap waktu karena hembusan angin. Tidak butuh bunga mawar atau melati yang sengaja dipetik dari habitatnya untuk sekedar dinikmati sesaat kemudian layu dalam sekejap.

Kita hanya memastikan badan telentang sempurna menghadap langit malam. Mata yang selalu siap menatap ciptaan Tuhan, yang terpisah jarak jutaan tahun cahaya. Dan telinga yang selalu siaga mendengarkan suara-suara tanpa nada yang tetap berirama.

Di alam, romantis itu bukan manusia yang ciptakan, bukan tiruan atau imitasi serial televisi. Tuhan yang hadirkan, apa adanya, dan disempurnakan oleh-Nya dengan panca indera. Cukup kita; Lihat, Dengar, dan Rasakan. Sempurna!

Kecanduan Gunung dan Kamu

Kecanduan Gunung dan Kamu

Minggu, 7 Juli 2013

Pagi hari, tidak ada bangun yang tergesa-gesa, tidak ada gerak-gerik pemanasan, tidak ada penantian melihat sang surya, dan tidak ada puncak. Kami hanya bangun untuk ibadah subuh dan kembali terlelap. Terusik oleh suara para pendaki yang menikmati mentari, akhirnya menggerakkan kami untuk mengambil kamera, sekedar jeprat-jepret seadanya.

Butir Air di Pagi Hari

Butir Air di Pagi Hari

Bukan Pagi -  Sekilas Cahaya Senja.

Bukan Pagi – Sekilas Cahaya Senja.

 Menjelang siang hari kami sudah siap kembali ke peradaban, teman-teman yang baik hati sudah menanti. 60 menit kami habiskan menikmati lagi jalur pendakian yang terjal dan sempit, 60 menit untuk kembali ke titik awal pendakian, 60 menit menutup liburan akhir pekan ini dengan banyak cerita dan kenangan. Masa muda itu wajib berwarna, bermakna dan bahagia, banyak canda dan tawa yang siap dibagikan dalam prosa lepas hari tua. Terima kasih @esahaekalsugiri atas liburan akhir pekannya, semoga terus berlanjut di pekan-pekan lainnya, aamiin 🙂

Akhir Pekan di Ketinggian

Akhir Pekan di Ketinggian

Terima Kasih

  • @dyahmanis : neng ditunggu kunjungannya ke Depok, segerakan!
  • Jam-jam dan Bayu : yuk main ke Depok!
  • @udafadel : udah mau direpotkan mengantar esa ke kosan, haha.

About arsiyawenty

Traveler and Dream Catcher
This entry was posted in Gunung Hutan and tagged , , , , , . Bookmark the permalink.

23 Responses to Pendakian Gunung Manglayang via Barubereum

  1. johanesjonaz says:

    ikut dong kapan-kapan…

    • arsiyawenty says:

      ayok! agustus mahameru, oktober sindoro, november gunung-gunung kecil di dieng. baru itu jadwal pastinya, mari bergabuuuung 😉

      • dickie says:

        gabung dong dengan KOMPAS( komunitas pecinta alam pasundan) asal Bandung… di tunggu info nya yach…
        salam pendaki…

      • arsiyawenty says:

        oh boleh2 nanti kalau ada pendakian info ya kalau waktunya pas bisa merapatkan barisan hehe, kalau kompas dimana basecamp nya? kapan2 kalau ke bandung mampir aah hehe, salam kenal 🙂

  2. leniaini says:

    waaah,catper yang maniis >.< oia, beneran msh banyak kunang2 di sana kak?

  3. Wah baru denger Manglayang. Thanks infonya, buat referensi weekend getaway juga hehe

  4. humam walad says:

    mangalayang?full history 22 tahun yang lalu….itu adalah destinasi akhir sebelum gantung treking pole….selain kumbolo yang paling mantabs adalah padang lavender, nice pict

    • arsiyawenty says:

      hallo salam kenal 🙂 wah luar biasa 22 tahun yang lalu, berarti senior pendakian gunung, *angkat topi* haha

      • humam walad says:

        bukan senior tp pendaki tua,…ha ha ha 22 tahun yg lalu manglayang buat mainan karena dibawahnya tempat mencari ilmu waktu muda dulu….jd sekarang lg napak tilas 7summit java+rinjani, trus manglayang(akhir tahun 2013) ….kemudian berhenti total dari pendakian…sekali lagi sudah tua untuk hobi di bidang ini, gak ada waktu dan tenaga lagi

  5. humam walad says:

    senang melihat yang muda-muda mengisi dan menyalurkan energi secara positif……….

  6. anggara veda virginia says:

    bisa pinjem tmn cewenya aja buat ajakin sya hiking k manglayang utk membuktikan klo kaum cewe jg bnyk yg boleh n bisa ikut hiking. soalnya suami saya tmn2 nya menolak klo ada cewe yg mampu utk hiking. atau mungkin ga mau ngajakin cwe kaliya males klo ada cwe ktanya nyusahin bnr ga? makanya sya mau buktiin klo cwe jg mampu or bisa buat hiking. reply pleasee,,, via email ok..

    tq..

  7. voaulia says:

    seru y ngeliat keindahan alam dari puncak
    klo ce. Boleh gabung ???

  8. fannywa says:

    Seru ceritanya.. 😀

  9. dewirhy09 says:

    pendakian pertama saya ke gn.Manglayang dan saya ketagihan untuk mendaki gunung2 lain 🙂
    salam lestari 😀

  10. manglayang emang keren mba.. coba jalur tebing doa, mantap ;)..
    mksh

  11. maulin says:

    menarik niiih.. tapi mau tanya kalo puncak manglayang ny gimana tuh? butuh berapa jam perjalanan lagi dari puncak bayangan? soalnya kebanyakan postingan cerita cuma sampe ke puncak bayangan yaa

Leave a comment